Ternyata Bisa Sedih Juga
Gue nggak pernah nyangka hari ini bakal dateng juga. Perasaan kaya gini nyata adanya. Mungkin ini kenapa gue prefer untuk nggak banyak ketemu dan kenal orang baru di hidup ini. Waduh kok terdengar lebay banget ya..
Hari ini, gue merenung, galau dan sedih karena seorang teman. Rasanya bahkan aneh menyebut dia adalah teman karena selama ini gue nggak merasa dia adalah teman. Dia adalah teman kerja gue, itu yang selalu gue sebut. Bukan sekedar teman, tapi hanya sebatas teman kerja yang ternyata bukan cuma teman kerja.
Entah gue insecure banget sih dia bakal baca blog gue walaupun nggak mungkin haha karena it is going to be super cheesy.
Kak Dani, that's what i called her. I met her on June 5th 2017. My first day at work. She sit next to me. Simple girl with a clean cut hair and tomboy-ish style and outfit. She was a stranger. She was so quite. She didn't say much. We just simply saying hello to each other and then ignored each other existence.
After that day, i had to moved to another place (my boss asked me to work in carrefour for the time being) which was not last very long. I then later moved back to the main office. And, there i met her again, we simply didn't talk to each other, all i did was asking and all she did was answering my stupid question.
It's so hard to write everything in english especially when you're very bad in grammar. Duh. So let me continue the story comfortably using Bahasa.
Dikantor gue selain Kak Dani ada dua 'Kak' lagi yang nggak perlu gue sebut namanya karena gue bukan mau bercerita tentang mereka. Intinya, gue sama Kak Dani perlahan tapi pasti menjadi semakin akrab, menjadi semakin ngobrol dan bukan hanya tentang kerjaan atau tentang gue yang meminta bantuan dia terus menerus. Kita suka banyak musik yang setipe, film yang setipe (walaupun enggak juga, karena dia lebih ke film serius meanwhile gue anaknya drama abis), dan dia ternyata suka K-Pop juga sedikit, dan dia ternyata adalah teman ngobrol yang seru.
Gue kerja itu dari jam 9 - tak terhingga. Gue duduk sebelah dia, menghabiskan waktu sama dia, setiap harinya dari bulan Juni hingga saat gue ngetik ini.
Kenapa gue selalu merasa aneh ketika punya temen baru dan gue nggak suka punya banyak temen deket karena gue nggak suka perasaan attached dan akhirnya gue sering galau. Kak Dani dan gue enggak se attached itu sih, kaya kita bertemen emang dikantor doang. Tapi, maksud gue gini, dulu gue pas kuliah itu nggak punya banyak temen. Tiga semester pertama gue cuma bertemen deket sama dua orang, Iren dan Elina. Dan itu cukup buat gue. Gue nggak butuh banyak teman, buat apa? Hingga akhirnya gue berteman dengan Zulha, dan dari dia gue berteman dengan Indah. Dari Zulha juga gue akrab dengan Elisse (seorang teman berpikir yang sangat menarik). Dibandingkan dengan teman kuliah gue yang lain yang kayanya semasa kuliah hore sana sini banyak temen, bisa dibilang gue sangat minim teman. Walaupun, gue tetep banyak ngobrol dan kenal orang, tapi ya sebatas itu aja, bukan deket yang gimana gitu, you know what i mean.
Masalahnya adalah setelah gue lulus, gue sebenernya sering galau inget jaman-jaman gue ngekos, jaman Zulha adalah orang paling deket sama gue, bangun tidur yang gue cari dia, pulang kuliah gue cari dia, sore mau makan cari dia, Zulha adalah hidup gue di Semarang. Hidup gue selama kuliah. Rasanya, sampai sekarang suka kepikiran, dulu kamar kita sebelahan, suara kaki dia naik tangga turun tangga gue tau, kalau kedengeran dia buka pintu betapa girangnya gue dan langsung loncat nyamperin dia ke kamarnya, gangguin Zulha, gossip, cerita ini itu, dari penting sampai ke hal yang nggak penting banget, yang nggak pernah menolak gue ajak makan apapun dan jam berapapun. She was the best. Ngetik ini aja gue bener-bener mau nangis air mata di ujung banget rasanya, i miss her so much and i miss our moment too. Kaya, itu nggak akan bisa terulang lagi. Ya Allah.. sedih.
Kembali ke Kak Dani, tiga hari yang lalu, gue mendapat kabar dari dia, bahwa dia akan pindah kerja. Denger dari cara dia cerita, awalnya, gue bener-bener happy buat dia, gue nggak merasa sebagai orang yang baik hati, tapi entah kenapa gue bener-bener suka setulus itu bahagia untuk orang lain yang kaya gue beneran tulus banget gue seneng. Ceritanya dia kan mau S2, dia mau mempersiapkan itu semua tanpa tekanan kerjaan yang berat (maklum kantor gue emang kerjaannya diatas kata berat, sih). Dan ditambah lagi, penawaran dari calon kantor dia ini tentu saja lebih baik daripada kantor gue sekarang. Of course she would like to go!
Tapi, hari ini, gue makan siang sama dia, dan dia cerita bahwa dia udah minta blessing dari salah satu boss gue yang juga gue kagumi. Mendengar cerita dia minta blessing dan mau bilang ke boss gue duluan sebelom ke boss yang lebih boss lagi itu gue bener-bener sedih sampai gue nangis di kantin (dibilang emang gue orangnya lebay gampang banget tersentuh).
Disaat itu gue akhirnya sadar.. bahwa dia bukan cuma sekedar teman kantor gue. Gue jadi keinget juga sama salah satu teman kantor gue yang keluar sejak awal 2018 lalu, ya dia keluar sebelum Kak Dani karena keterima di salah satu kementerian. Waktu gue emang singkat banget bisa dibilang, belum ada 8 bulan gue dikantor itu. Tapi, kalau kilas balik, gue bener-bener baper ngebayangin moment-moment gue yang diem banget, yang nggak pernah ngobrol takut ini itu, dia bantu gue, dia jadi teman gue, dia banyak mentorin gue, dari A sampai Z. Bahkan nggak jarang kerjaan gue ujung-ujungnya mampir di dia karena gue nggak capable. Serta memori kita berempat (Gue, Kak Dani, dan dua 'Kak' lainnya) yang pertama kali jalan ngajak gue kemana ya gue nggak inget sama sekali :( tapi banyak banget moment bareng. Gue akhirnya sadar bahwa mereka tuh bukan cuma temen kantor gue, mereka itu temen elo juga, Dhea. Tanpa embel-embel 'kantor'.
Sepertinya, bulan ini menjadi bulan terakhir Kak Dani kerja. Dan mulai bulan depan, akan ada bangku kosong lagi. Walaupun, gue tau bakal ada anak baru lagi. Gue nggak akan pernah melupakan moment dimana gue maknae yang punya tiga sunbae baik-baik. Mau bimbing gue, ngajak gue main dan ngobrol. Banyak ngasih ilmu. Dan lain sebagainya.
Kenal sama orang baru emang susah buat gue, kayanya akan susah lagi setelah ini, karena mau sedeket atau sejauh apapun, ketika lo sadar bahwa lo akan istilahnya 'ditinggal' dan lo tau semuanya akan berubah, nggak akan ada moment-moment yang biasanya terjadi, disitulah titik dimana gue galau. Semuanya tuh, endingnya cuma jadi kenangan aja.
Kenangan bahwa dulu gue anak baru, maknae.
Kenangan bahwa ada tiga sunbae yang baik-baik ke gue.
Kenangan bahwa, mungkin bukan cuma dua, tapi tiga-tiga sunbae tersebut akan pergi juga seiring berjalannya waktu.
Mungkin juga, gue akan menemukan teman baru yang nggak kalah baik, asik, dan seru.
Dan dititik ini jugalah gue kembali merenungin masa depan gue. Gimana gue mau lanjut studi kalau otak aja pas-pasan, kerjaan terlalu berat untuk gue bisa belajar, atau memang gue aja yang selalu mengeluh dan nggak bisa atur waktu? Apakah ini akan jadi takdir hidup gue selamanya? Kerja di bidang hukum, bertemu dengan hal yang sebenarnya bertentangan sama gue.
Ah.. tapi kalau dipikir juga, gue nggak punya sebuah 'passion' yang kuat buat gue untuk lari dari semuanya..
Sekian dan selamat malam.
Hari ini, gue merenung, galau dan sedih karena seorang teman. Rasanya bahkan aneh menyebut dia adalah teman karena selama ini gue nggak merasa dia adalah teman. Dia adalah teman kerja gue, itu yang selalu gue sebut. Bukan sekedar teman, tapi hanya sebatas teman kerja yang ternyata bukan cuma teman kerja.
Entah gue insecure banget sih dia bakal baca blog gue walaupun nggak mungkin haha karena it is going to be super cheesy.
Kak Dani, that's what i called her. I met her on June 5th 2017. My first day at work. She sit next to me. Simple girl with a clean cut hair and tomboy-ish style and outfit. She was a stranger. She was so quite. She didn't say much. We just simply saying hello to each other and then ignored each other existence.
After that day, i had to moved to another place (my boss asked me to work in carrefour for the time being) which was not last very long. I then later moved back to the main office. And, there i met her again, we simply didn't talk to each other, all i did was asking and all she did was answering my stupid question.
It's so hard to write everything in english especially when you're very bad in grammar. Duh. So let me continue the story comfortably using Bahasa.
Dikantor gue selain Kak Dani ada dua 'Kak' lagi yang nggak perlu gue sebut namanya karena gue bukan mau bercerita tentang mereka. Intinya, gue sama Kak Dani perlahan tapi pasti menjadi semakin akrab, menjadi semakin ngobrol dan bukan hanya tentang kerjaan atau tentang gue yang meminta bantuan dia terus menerus. Kita suka banyak musik yang setipe, film yang setipe (walaupun enggak juga, karena dia lebih ke film serius meanwhile gue anaknya drama abis), dan dia ternyata suka K-Pop juga sedikit, dan dia ternyata adalah teman ngobrol yang seru.
Gue kerja itu dari jam 9 - tak terhingga. Gue duduk sebelah dia, menghabiskan waktu sama dia, setiap harinya dari bulan Juni hingga saat gue ngetik ini.
Kenapa gue selalu merasa aneh ketika punya temen baru dan gue nggak suka punya banyak temen deket karena gue nggak suka perasaan attached dan akhirnya gue sering galau. Kak Dani dan gue enggak se attached itu sih, kaya kita bertemen emang dikantor doang. Tapi, maksud gue gini, dulu gue pas kuliah itu nggak punya banyak temen. Tiga semester pertama gue cuma bertemen deket sama dua orang, Iren dan Elina. Dan itu cukup buat gue. Gue nggak butuh banyak teman, buat apa? Hingga akhirnya gue berteman dengan Zulha, dan dari dia gue berteman dengan Indah. Dari Zulha juga gue akrab dengan Elisse (seorang teman berpikir yang sangat menarik). Dibandingkan dengan teman kuliah gue yang lain yang kayanya semasa kuliah hore sana sini banyak temen, bisa dibilang gue sangat minim teman. Walaupun, gue tetep banyak ngobrol dan kenal orang, tapi ya sebatas itu aja, bukan deket yang gimana gitu, you know what i mean.
Masalahnya adalah setelah gue lulus, gue sebenernya sering galau inget jaman-jaman gue ngekos, jaman Zulha adalah orang paling deket sama gue, bangun tidur yang gue cari dia, pulang kuliah gue cari dia, sore mau makan cari dia, Zulha adalah hidup gue di Semarang. Hidup gue selama kuliah. Rasanya, sampai sekarang suka kepikiran, dulu kamar kita sebelahan, suara kaki dia naik tangga turun tangga gue tau, kalau kedengeran dia buka pintu betapa girangnya gue dan langsung loncat nyamperin dia ke kamarnya, gangguin Zulha, gossip, cerita ini itu, dari penting sampai ke hal yang nggak penting banget, yang nggak pernah menolak gue ajak makan apapun dan jam berapapun. She was the best. Ngetik ini aja gue bener-bener mau nangis air mata di ujung banget rasanya, i miss her so much and i miss our moment too. Kaya, itu nggak akan bisa terulang lagi. Ya Allah.. sedih.
Kembali ke Kak Dani, tiga hari yang lalu, gue mendapat kabar dari dia, bahwa dia akan pindah kerja. Denger dari cara dia cerita, awalnya, gue bener-bener happy buat dia, gue nggak merasa sebagai orang yang baik hati, tapi entah kenapa gue bener-bener suka setulus itu bahagia untuk orang lain yang kaya gue beneran tulus banget gue seneng. Ceritanya dia kan mau S2, dia mau mempersiapkan itu semua tanpa tekanan kerjaan yang berat (maklum kantor gue emang kerjaannya diatas kata berat, sih). Dan ditambah lagi, penawaran dari calon kantor dia ini tentu saja lebih baik daripada kantor gue sekarang. Of course she would like to go!
Tapi, hari ini, gue makan siang sama dia, dan dia cerita bahwa dia udah minta blessing dari salah satu boss gue yang juga gue kagumi. Mendengar cerita dia minta blessing dan mau bilang ke boss gue duluan sebelom ke boss yang lebih boss lagi itu gue bener-bener sedih sampai gue nangis di kantin (dibilang emang gue orangnya lebay gampang banget tersentuh).
Disaat itu gue akhirnya sadar.. bahwa dia bukan cuma sekedar teman kantor gue. Gue jadi keinget juga sama salah satu teman kantor gue yang keluar sejak awal 2018 lalu, ya dia keluar sebelum Kak Dani karena keterima di salah satu kementerian. Waktu gue emang singkat banget bisa dibilang, belum ada 8 bulan gue dikantor itu. Tapi, kalau kilas balik, gue bener-bener baper ngebayangin moment-moment gue yang diem banget, yang nggak pernah ngobrol takut ini itu, dia bantu gue, dia jadi teman gue, dia banyak mentorin gue, dari A sampai Z. Bahkan nggak jarang kerjaan gue ujung-ujungnya mampir di dia karena gue nggak capable. Serta memori kita berempat (Gue, Kak Dani, dan dua 'Kak' lainnya) yang pertama kali jalan ngajak gue kemana ya gue nggak inget sama sekali :( tapi banyak banget moment bareng. Gue akhirnya sadar bahwa mereka tuh bukan cuma temen kantor gue, mereka itu temen elo juga, Dhea. Tanpa embel-embel 'kantor'.
Sepertinya, bulan ini menjadi bulan terakhir Kak Dani kerja. Dan mulai bulan depan, akan ada bangku kosong lagi. Walaupun, gue tau bakal ada anak baru lagi. Gue nggak akan pernah melupakan moment dimana gue maknae yang punya tiga sunbae baik-baik. Mau bimbing gue, ngajak gue main dan ngobrol. Banyak ngasih ilmu. Dan lain sebagainya.
Kenal sama orang baru emang susah buat gue, kayanya akan susah lagi setelah ini, karena mau sedeket atau sejauh apapun, ketika lo sadar bahwa lo akan istilahnya 'ditinggal' dan lo tau semuanya akan berubah, nggak akan ada moment-moment yang biasanya terjadi, disitulah titik dimana gue galau. Semuanya tuh, endingnya cuma jadi kenangan aja.
Kenangan bahwa dulu gue anak baru, maknae.
Kenangan bahwa ada tiga sunbae yang baik-baik ke gue.
Kenangan bahwa, mungkin bukan cuma dua, tapi tiga-tiga sunbae tersebut akan pergi juga seiring berjalannya waktu.
Mungkin juga, gue akan menemukan teman baru yang nggak kalah baik, asik, dan seru.
Dan dititik ini jugalah gue kembali merenungin masa depan gue. Gimana gue mau lanjut studi kalau otak aja pas-pasan, kerjaan terlalu berat untuk gue bisa belajar, atau memang gue aja yang selalu mengeluh dan nggak bisa atur waktu? Apakah ini akan jadi takdir hidup gue selamanya? Kerja di bidang hukum, bertemu dengan hal yang sebenarnya bertentangan sama gue.
Ah.. tapi kalau dipikir juga, gue nggak punya sebuah 'passion' yang kuat buat gue untuk lari dari semuanya..
Sekian dan selamat malam.
Comments
Post a Comment