Review(-review an): Love for Sale
Jadi, kemarin Minggu gue nonton film ini sama Daffa, tertarik karena waktu bulan Januari atau Desember (lupa) Daffa pernah ngirim trailer film ini di line dan gue syok karena bagus banger trailernya, ide ceritanya juga sangat amat jarang untuk sebuah film Indonesia.
Jadilah kita nonton tanggal 25 Maret lalu, agak telat 3 menitan masuk studio karena ngantri Shihlin yang lama dan Hop-Hop yang mba-mbanya lelet aja..
Oke, memasuki awal film udah menarik banget, emg sinematografinya nggak yang terlalu visually pleasing lebay atau gimana gitu, biasa aja, tapi nggak jelek, dialognya lumayan jenaka dan natural, guyonannya seru. First impression 15 menit pertama film ini jujur bagus banget.
Hingga akhirnya datanglah si Arini yang dipesan lewat aplikasi untuk sewa 'pacar/temen kencan' bernama Love Inc oleh Richard. Darisitu petualangan kisah cinta keduanya dimulai, hubungan dan chemistry keduanya terjalin dengan natural banget, dan gue surprise sama pemeran Arini karena menurut gue dia bisa banget bawain karakter si Arini ini, dan kalo Gading Marten sih nggak perlu diraguin lagi ya, gue surprise banget juga tetep karena gue ga nyangka dia sebagus itu, jadi selama ini dia cuma butuh dapet tawaran yang bisa nonjolin kemampuan akting dia.
Oke, gue sih nggak mau ngoceh tentang ceritanya dari awal sampe akhir, because you guys can google it ajah. Yang mau gue bilang lebih ke komentar gue tentang film itu, dan disini gue bener-bener merasa Indonesia butuh banyak film kaya gini. Film yang nggak terlalu dengan cerita 'berat' dan 'sedrama itu'.
Dan untuk film ini menurut gue banyak adopsi gaya-gaya bule, karena agak ga lazim aja sih kalau kelakuan Arini sama Richard bisa beneran terjadi di Indonesia Raya ini. I mean, kumpul kebo, dan lingkungan memaklumi, bahkan orang tua cewek juga memaklumi, hahahaha. Cuma ya itu nggak masalah sih, justru kalau ceritanya nggak gini mungkin nggak dapet gregetnya.
Ada lagi yang gue suka dari film ini, film Indonesia, kalian sadar atau nggak, suka banget 'menjelaskan sesuatu' sebab akibat kenapa dan lain sebagainya. Kayanya kalau terjadi A kita harus banget jelasin itu..? Padahal nggak semua harus ada penjelasannya nggak sih. Kadang itu yang bikin film Indonesia isinya gitu doang tapi bertele-tele banget, karena menurut gue nggak selamanya semua detail harus dijelaskan ke penonton.
Dan yang gue suka dari Love for Sale ya itu, mereka nggak ngasih gue penjelasan, dan to be honest gue juga nggak perlu penjelasan tersebut. Gue menikmati gimanapun film ini disuguhkan. Setiap adegannya. Walaupun gue beberapa penasaran akan 'apa dibalik itu' serta maknanya. Tapi, jika dijawab semua itu, belum tentu film ini akan sedalam dan seindah itu.
*SPOILER*
But still though, ada yang mau jelasin ke gue jadi in the first place apakah Love Inc itu ada, atau?
And about the father and the family, halusinasi siapa?
Kemana Arini?
Is Arini Ruby Sparks?
I don't understand it at all to be honest. Lol.
Anyway, can't wait to see Gading Marten again in a movie.
Love,
Dhea
Comments
Post a Comment