Gak Usah Bangga Deh Lo. Lo Tuh Gak Se Special Itu Kali.



Bukan bermaksud bangga, karena ini merupakan sifat yang tidak baik, tapi gue sangat menyadari bahwa gue adalah orang yang cukup judgemental.

Selain judgemental, gue orang yang sangat menganalisis dan menilai tingkah laku orang-orang, yang secara tidak sengaja menarik perhatian gue dengan tingkah laku-nya yang gue nilai ‘ergh’ enough untuk gue judge.

Orang pertama, dia adalah seorang wanita, pacarnya temen gue, memiliki karir yang cukup baik, mungkin sangat baik kali ya. Beberapa wanita mungkin banyak iri sama kehidupan dia. Gue sendiri termasuk memandang dia adalah seseorang yang beruntung dan beberapa aspek hidupnya ‘pengen’ gue rasakan. Semenjak gue follow wanita ini, pertama gue merasa segala update-an dia adalah story yang numpang lewat dan tidak begitu gue pikirkan. Tapi, semakin lama semakin gue notice bahwa ada yang aneh dari sifat wanita ini. Kalian tau kan cewek yang suka bragging “orang kalau pertama kali liat gue pasti ngira gue jutek, galak, padahal gue malu dan muka gue emang kaya gini dari sananya” she has that kind of spirit on her. Bedanya, gue gak pernah liat dia bragging di ranah tersebut. Tapi, lebih ke ranah “gue emang kalau mandi lama banget” “rambut giliran mau mandi aja bagus banget” “facetime-an 8 jam sama ini bayi (pacarnya) padahal dia tidur, pas gue mau tutup langsung sadar dan bangun” “disuruh belajar makan pedes biar ga kaya bayi”. Actually, banyak banget contohnya but I kinda forget ya, dia update sehari bisa lebih dari 15 stories, so…

Hal-hal kaya gitu yang membuat gue lama-lama menotice updatean dia karena patternnya selalu sama, bragging tentang hal yang dia anggap ‘im that negative but cute’ aduh how to put it into words ya? Suse. But ya, you get what I mean.

Kemudian, kemarin gue nonton Opini-nya Gitasav, gue jadi ngerasa, energi negatif yang gue keluarkan untuk wanita ini sungguhlah tidak penting. Kalau emang dia happy dengan segala karakter yang dia tunjukan di social media yang milik dia sendiri anyway kenapa gue harus risih. Kalau dia bahagia dengan karakternya yang mandi lelet dan mau membanggakan itu, so what. Kalau dia mau memamerkan karakter dia yang ‘gue dewasa tapi most of my friend treat me like a baby because im a baby insie’, so what. Kalau dia mau membuat karakter semau-mau dia dan senyaman-nyamannya dia, terus dia happy with that, so what. Good for her.

Kedua, gue sering memperhatikan seorang cewek ini, yang sebenernya gue merasa dia memiliki visi misi yang cukup sama seperti gue. Atau sebagian kecil dari diri gue. Tapi, menurut gue gelagat dia bener-bener sangat membanggakan hal ini kaya dia satu-satunya orang di dunia yang punya prinsip kaya gini, and she thinks she is that cool for having that kind of perspective.

Basically, dia merasa nikah tuh gak penting dan serem, people her age be like obsess with marriage, but not her. Temen-temen ceweknya pikirannya jodoh dan anak, tapi dia mikirinnya series dan punya pacar yang istilahnya ‘udah fix’ tapi ‘kita santai’ because ‘we are not mediocre’. Takut punya anak, karena mendidik tuh gak gampang. Gamau nikah dirayakan besar-besaran, karena itu gak penting.

Jujur, semua yang dia omongin, terlepas bener atau engga, gue setuju, karena gue juga memikirkan itu juga. Sesuai sama pikiran gue dan pendapat gue tentang menikah dan anak.

Dari yang dulunya pengen punya anak minimal 4, seiring berjalannya waktu gue bahkan sekarang kalau emang gue dikasih rejeki anak kelak, gue merasa 1 aja cukup. Kalau nanti gue ada banyak rejeki, oke gue akan resepsikan penikahan lebih dari layak. Tapi kalau engga, gue hanya akan melakukan pernikahan layak dan mengalokasikan uangnya untuk rumah dan masa depan setelah pernikahan yang lebih penting. Mendidik anak selain susah gue kasian sama anak gue mengingat kondisi bumi dan alam semesta ini not that good anymore, gue gak mau buat anak gue menderita. Gue merasa 1 anak aja cukup, karena gue merasa gue harus memberikan dia yang terbaik, dalam segala hal, dan gue merasa fokus gue mungkin hanya bisa untuk 1 anak. Gue akan memberikan pendidikan terbaik yang juga gak murah, dan lain sebagainya.

I am on the same page with her, but I don’t know, I just think that she is overbragging about that. Honey, banyak yang seperti itu pikirannya, disekitar gue pun banyak banget. It’s not that special so cut it off.

Tapi, gue balik lagi kepemikiran bahwa yauda kalau it makes her happy, so…. what…..

Semenjak nonton video Opini-nya Gitasav, gue mikir, kenapa y ague kok nyinyir dan judgemental banget, mostly ke cewek pula, harusnya kita kan saling dukung..

Setelah nulis ini, gue sadar jawabannya kenapa, mungkin karena gue cewek jadi gue merasa gue ‘mengerti’ mereka dan ‘sangat memahami maksud’ mereka. Gue mau stop jadi kaya gitu ke cewek dan ke siapapun manusia di bumi ini. Doain, ya. Hahahahah.

Comments

Popular Posts